TAHFIDZ AL-QURAN AR RAHMAN 01

TAHFIDZ AL-QURAN AR RAHMAN 02

TAHFIDZ AL-QURAN AR RAHMAN 02

TAHFIDZ AL-QURAN AR RAHMAN 02

TATA CARA PENYEMBELIHAN HEWAN QURBAN YANG BENAR

nurul iman panjat pinang

Maksiat Menutup Pintu Rahmat

TAHFIDZ AL-QURAN AN NAZIAT 19

TAHFIDZ AL-QURAN AN NAZIAT 20

Hidup Pantang untuk mengeluh

20 AMALAN MURAH REZEKI

PONDOK PESANTREN NURUL IMAN CILACAP

doa mustajab yang menyentuh hati

Tidaklah dua orang muslim berjumpa, lalu keduanya berjabat tangan, kecuali keduanya diampuni sebelum keduanya bepisah.” (H.R. Abu Daud)

Diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Al Muwatha’ dari abi Idris Al Khaulany rahimahullah bahwa ia berkata: “Aku pernah masuk Masjid Damaskus. Tiba-tiba aku jumpai seorang pemuda yang murah senyum yang dikerumuni banyak orang. Jika Mereka berselisih tentang sesuatu maka mereka mengembalikan kepada pemuda tersebut dan meminta pendapatnya. Aku bertanya tentang dia, lalu dikatakan oleh mereka,’Ini Muadz bin Jabal.’ Keesokan harinya , pagi-pagi sekali aku dating ke masjid itu lagi dan kudapati dia telah berada di sana tengah melakukan shalat. Kutunggu ampai dia selesai melakukan shalat kemudian aku temui dan kuucapkan salam kepadanya. Aku berkata,’Demi Alloh aku mencintaimu. Lalu ia bertanya.’Apakah Alloh tidak lebih kau cintai?’ Aku jawab,’Ya Alloh aku cintai’. Lalu ia memegang ujung selendangku dan menariknya seraya berkata,’Bergembiralah karena sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah saw, berabda,”Alloh berfirman, cinta-Ku pasti akan mereka peroleh bagi orang yang saling memadu cinta karena Aku, saling mengunjungi karena Aku, dan saling memberi karena Aku.”

Makna Ukhuwah Islamiyah
Kata ukhuwah berakar dari kata kerja akha, misalnya dalam kalimat “akha fulanun shalihan”, (Fulan menjadikan Shalih sebagai saudara). Makna ukhuwah menurut Imam Hasan Al Banna: Ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah.
Hakekat Ukhuwah Islamiyah:
1.Nikmat Allah (Q.S. 3:103)
2.Perumpamaan tali tasbih (Q.S.43:67)
3.Merupakan arahan Rabbani (Q.S. 8:63)
4.Merupakan cermin kekuatan iman (Q.S.49:10)

Peringkat-Peringkat Ukhuwah:

1.      Ta’aruf adalah saling mengenal sesama manusia. Saling mengenal antara kaum muslimin merupakan wujud nyata ketaatan kepada perintah Allah SWT (Q.S. Al Hujurat: 13)
2.      Tafahum adalah saling memahami. Hendaknya seorang muslim memperhatikan keadaan saudaranya agar bisa bersegera memberikan pertolongan sebelum saudaranya meminta, karena pertolongan merupakan salah satu hak saudaranya yang harus ia tunaikan. Abu Hurairah r.a., dari Nabi Muhammad saw., beliau bersabda, “Barangsiapa menghilangkan kesusahan seorang muslim, niscaya Allah akan menghilangkan satu kesusahannya di hari kiamat. Barang siapa menutupi aib di hari kiamat. Allah selalu menolong seorang hamba selama dia menolong saudaranya.” (H.R. Muslim)
3.      Ta’awun adalah saling bekerja sama dan membantu tentu saja dalam kebaikan dan meninggalkan kemungkaran
4.      Takaful, adalah saling menanggung kesulitan yang dialami saudaranya

Hal-hal yang menguatkan ukhuwah islamiyah:
1.      Memberitahukan kecintaan kepada yang kita cintai. Hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda: “ Ada seseorang berada di samping Rasulullah lalu salah seorang sahabat berlalu di depannya. Orang yang disamping Rasulullah tadi berkata: ‘Aku mencintai dia, ya Rasullah.’ Lalu Nabi menjawab: ‘Apakah kamu telah memberitahukan kepadanya?’ Orang tersebut menjawab: ‘Belum.’ Kemudian Rasulullah bersabda: ‘Beritahukan kepadanya.’ Lalu orang tersebut memberitahukan kepadanya seraya berkata: ‘ Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah.’ Kemudian orang yang dicintai itu menjawab: ‘Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karena-Nya.”
2.      Memohon didoakan bila berpisah “Tidak seorang hamba mukmin berdo’a untuk saudaranya dari kejauhan melainkan malaikat berkata: ‘Dan bagimu juga seperti itu” (H.R. Muslim)
3.      Menunjukkan kegembiraan dan senyuman bila berjumpa “Janganlah engkau meremehkan kebaikan (apa saja yang dating dari saudaramu), dan jika kamu berjumpa dengan saudaramu maka berikan dia senyum kegembiraan.” (H.R. Muslim)
4.      Berjabat tangan bila berjumpa (kecuali non muhrim) “Tidak ada dua orang mukmin yang berjumpa lalu berjabatan tangan melainkan keduanya diampuni dosanya sebelum berpisah.” (H.R Abu Daud dari Barra’)
5.      Sering bersilaturahmi (mengunjungi saudara)
6.      Memberikan hadiah pada waktu-waktu tertentu
7.      Memperhatikan saudaranya dan membantu keperluannya
8.      Memenuhi hak ukhuwah saudaranya
Mengucapkan selamat berkenaan dengan saat-saat keberhasilan

Ukhuwah Islamiyah bersifat abadi dan universal karena berdasarkan akidah dan syariat Islam. Ukhuwah Jahiliyah bersifat temporer (terbatas waktu dan tempat), yaitu ikatan selain ikatan akidah (missal:ikatan keturunan orang tua-anak, perkawinan, nasionalisme, kesukuan, kebangsaan, dan kepentingan pribadi)


Ukhuwah Islamiyah


Sebagai manusia apalagi sebagai muslim, kita tentu amat mengharapkan rahmat dari Allah Swt sehingga kita selalu berdo’a, baik di dalam shalat maupun di luar shalat untuk bisa memperoleh rahmat Allah. Hal ini karena orang yang mendapat rahmat Allah tentu saja tergolong kedalam kelompok orang yang beruntung sebagaimana firman Allah yang artinya: Kemudian kamu berpaling setelah (adanya perjanjian) itu, maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmt-Nya atasmu, niscaya kamu tergolong orang-orang yang rugi (QS 2:64). Bahkan di dalam ayat lain, keuntungan orang yang mendapat rahmat Allah itu akan dijauhkan dari azab-Nya, Allah berfirman yang artinya: Barangsiapa yang diajuhkan azab daripadanya pada hari itu, maka sungguh Allah telah memberikan rahmat kepadanya. Dan itulah keberuntungan yang nyata (QS 6:16).
Pertama, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, baik dalam keadaan susah maupun senang, berat maupun ringan, waktu sendiri atau bersama orang lain. Tegasnya, kalau mau memperoleh rahmat Allah kita harus taat kepada Allah dan rasul-Nya dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga, hal ini terdapat dalam firman Allah yang artinya: Dan taatilah Allah dan Rasul supaya kamu diberi rahmat (3:132).
Kedua, harus tolong menolong dalam kebaikan, melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar, mendirikan shalat sehingga memberi pengaruh yang besar dalam bentuk menhindari perbuatan keji dan munkar serta menunaikan zakat agar menjadi suci jiwa kita, terjembatani hubungan antara yang kaya dengan yang miskin serta kemiskinan bisa diatasi secara bertahap, hal ini difirmankan Allah yang artinya: Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (9:71)
Ketiga, Iman yang kokoh sehingga bisa dibuktikan dengan amal shaleh yang sebanyak-banyak meskipun hambatan, tantangan dan rintangan selalu menghadang, namun dia tetap Istiqomah dalam keimanannya sehingga dengan keimanannya yang mantap itu, kesusahan hidup tidak membuatnya harus berputus asa sedang kesenangan hidup tidak membuatnya menjadi lupa diri,  hal ini difirmankan Allah yang artinya: Adapun orang-orang yang beriman dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya, niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (syurga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya (QS 4:175).
Disamping itu, iman dan istiqomah harus disertai dengan hijrah, yakni meninggalkan segala bentuk larangan Allah dan berjihad dalam arti bersungguh-sungguh dalam perjuangan menegakkan nilai-nilai Islam dalam segala aspeknya, hal ini difirmankan Allah yang artinya: Orang-orang yang beriman, berhijrah dan berjihad adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat daripada-Ny, keridhaan dan syurga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal (QS 9:20-21, lihat juga QS 2:218).
Keempat, mengikuti Al-Qur’an dan selalu bertaqwa kepada Allah serta menunaikan zakat, hal ini karena Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi manusia apabila ia ingin memperolah ketaqwaan kepada Allah Swt, karenanya untuk meraih rahmat Allah manusia harus bertaqwa kepada-Nya, sedang untuk bisa bertaqwa harus mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Ini berarti, amat mustahil bagi manusia untuk bisa bertaqwa kepada Allah apabila Al-Qur’an tidak diikutinya. Dalam kaitan ini Allah berfirman yang artinya:  Dan Al-Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat (QS 6:155).Maka Aku akan tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertaqwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami QS 7:156)
Keempat, berbuat baik, yakni perbuatan apa saja yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang datang dari Allah dan Rasul-Nya serta tidak mengganggu orang lain, bahkan orang lain bisa merasakan manfaat baiknya, sekecil apapun manfaat yang bisa dirasakannya. Allah berfirman yang artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo’alah kepadanya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik (QS 7:56).
Kelima, mendengarkan bacaan Al-Qur’an apabila sedang dibacakan, hal ini karena, Al-Qur’an merupakan kalamullah atau perkataan Allah, sebab jangankan Allah, pembicaraan sesama manusia saja harus kita dengarkan atau kita perhatikan, apalagi kalau ucapan Allah yang tentu harus lebih kita perhatikan. Manakala seorang muslim telah mendengarkan Al-Qur’an bila dibacakan, maka Allah senang pada orang tersebut sehingga Allah mau memberi rahmat kepadanya. Allah berfirman yang artinya: Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat (QS 7:204).
Keenam, taubat dari segala dosa yang telah dilakukan, hal ini karena secara harfiyah, taubat berarti kembali, yakni kembali kepada Allah. Dengan taubat, manusia berarti mau mendekati Allah lagi dan Allah senang kepada siapa saja yang mau bertaubat, sebanyak apapun dosa yang sudah dilakukannya, menyadari terhadap kesalahan yang dilakukan. Menyesali, bertekad untuk tidak mengulanginya dan membuktikan bahwa dia betul-betul telah meninggalkan segala perbuatan salahnya dengan menggantinya kepada segala kebaikan., inilah yang membuat Allah cinta kepadanya sehingga rahmat Allah akan diberikan kepadanya, hal ini difirmankan Allah yang artinya:  Dia (Nabi Shaleh) berkata: Hai kaumku mengapa kamu minta disegerakan keburukan sebelum (kamu minta) kebaikan?. Hendaklah kamu minta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat  (QS 27:46).
Ayat yang menyebutkan kecintaan Allah kepada orang yang bertaubat adalah yang artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat  dan mencintai orang-orang yang membersihkan diri” (QS 2:222).


sumber : materi kultum

Meraih Rahmat Allah


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam kitab-Nya yang mulia:
Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)

Sebuah seruan dari Dzat Yang Maha Agung kepada orang-orang yang beriman, berisi perintah dan peringatan berikut kabar tentang bahaya besar yang mengancam. Seruan ini ditujukan kepada insan beriman, karena hanya mereka yang mau mencurahkan pendengaran kepada ajakan Allah Subhanahu wa Ta’ala, berpegang dengan perintah-Nya dan mengambil manfaat dari ucapan-ucapan-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan mereka agar menyiapkan tameng untuk diri mereka sendiri dan untuk keluarga mereka guna menangkal bahaya yang ada di hadapan mereka serta kebinasaan di jalan mereka. Bahaya yang mengerikan itu adalah api neraka yang sangat besar, tidak sama dengan api yang biasa kita kenal, yang dapat dinyalakan dengan kayu bakar dan dipadamkan oleh air. Api neraka ini bahan bakarnya adalah tubuh-tubuh manusia dan batu-batu. Ini berbeda sama sekali dengan api di dunia. Bila orang terbakar dengan api dunia, ia pun meninggal berpisah dengan kehidupan dan tidak lagi merasakan sakitnya pembakaran tersebut. Beda halnya bila seseorang dibakar dengan api neraka, na’udzubillah. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

 “Setiap kali nyala api Jahannam itu akan padam, Kami tambah lagi nyalanya bagi mereka. (Al –Isra’:97)
 “Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka terus merasakan azab.” (An-Nisa’: 56)
 “Mereka tidak dibinasakan dengan siksa yang dapat mengantarkan mereka kepada kematian (mereka tidak mati dengan siksaan di neraka bahkan mereka terus hidup agar terus merasakan siksa) dan tidak pula diringankan azabnya dari mereka.” (Fathir: 36) [Al-Khuthab Al-Minbariyyah fil Munasabat Al-‘Ashriyyah, Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan, dengan subjudul Fit Tahdzir minan Nar wa Asbab Dukhuliha, 2/164-165]

Orang yang masuk ke dalam api yang sangat besar ini tidak mungkin dapat lari untuk meloloskan diri, karena yang menjaganya adalah para malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka serta selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
 “Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar, yang keras(At-Tahrim: 6)

Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu menjelaskan, “Penjaganya adalah para malaikat Zabaniyah yang hati mereka keras, kaku, tidak mengasihi jika dimohon kepada mereka agar menaruh iba…
Kata شِدَادٌ maksudnya keras tubuh mereka. Ada yang mengatakan, para malaikat itu kasar ucapannya dan keras perbuatannya. Ada yang berpendapat, malaikat tersebut sangat kasar dalam menyiksa penduduk neraka, keras terhadap mereka. Bila dalam bahasa Arab dinyatakan: “Fulanun Syadiidun ‘alaa fulaanin” maksudnya Fulan menguasainya dengan kuat, menyiksanya dengan berbagai macam siksaan.
Ada pula yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan غِلَاظٌ adalah sangat besar tubuh mereka, sedangkan maksud شِدَادٌ adalah kuat.

Al-‘Allamah Asy-Syaikh Abdurrahman ibnu Nashir As-Sa’di rahimahullahu berkata menafsirkan ayat ke-6 surah At-Tahrim di atas, “Jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka, yang disebutkan dengan sifat-sifat yang mengerikan. Ayat ini menunjukkan perintah menjaga diri dari api neraka tersebut dengan ber-iltizam (berpegang teguh) terhadap perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, menunaikan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan bertaubat dari perbuatan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala murkai serta perbuatan yang menyebabkan azab-Nya. Sebagaimana ayat ini mengharuskan seseorang menjagakeluarga dan anak-anak dari api neraka dengan cara memberikan pendidikan dan pengajaran kepada mereka, serta memberitahu mereka tentang perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seorang hamba tidak dapat selamat kecuali bila ia menegakkan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan terhadap dirinya dan orang-orang yang di bawah penguasaannya, baik istri-istrinya, anak-anaknya, dan selain mereka dari orang-orang yang berada di bawah kekuasaan dan pengaturannya.

Dalam ayat ini pula Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan neraka dengan sifat-sifat yang mengerikan agar menjadi peringatan terhadap manusia jangan sampai meremehkan perkaranya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
 “…yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu…” (At-Tahrim: 6)
Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
 “Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah (patung-patung) adalah bahan bakar/kayu bakar Jahannam, kalian sungguh akan mendatangi Jahannam tersebut.”1
Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Yaitu akhlak mereka kasar dan hardikan mereka keras. Mereka membuat kaget dengan suara mereka dan membuat ngeri dengan penampilan mereka. Mereka melemahkan penghuni neraka dengan kekuatan mereka dan menjalankan perintah Allah Subhanahu wa Ta’alaterhadap penghuni neraka, di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memastikan azab atas penghuni neraka ini dan mengharuskan azab yang pedih untuk mereka.

Mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkankan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. Di sini juga ada pujian untuk para malaikat yang mulia dan terikatnya mereka kepada perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala serta ketaatan mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam seluruh perkara yang diperintahkan-Nya.” (Taisir Al-Karimir Rahman, hal. 874)



Sumber: materi kultum


Menjaga Diri dan Keluarga dari Api Neraka

Assalamualaikum wr wb
(Muqoddimah)
bapak,ibu dan hadirin hadirot rohimakumulloh ,
pertama tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kita kehadirat alloh swt.atas limpahan nikmat dan hidayah yang alloh berikan kepada  kita sehingga kita dapat berkumpul dalam majlis ini yang insaaloh senantiasa  diberkahi dan diridhoi alloh swt.amiin

Keduannya sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada baginda kita nabi agung muhammad saw. Nabi yang telah membawa umatnya dari jaman jahiliyah menuju jaman islamiyah.semoga kita mendapat syafaatynya kelak di yaaumul qiyamah ,amiin

Secara garis besar, akhlak mulia itu dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok yaitu:
1. Akhlak kepada Allah, Akhlak mulia kepada Allah berati mengikuti seluruh perintah yang telah disampikan Allah kepada Rasul yang Maha Mulia Muhammad SAW. Seluruh perintah tersebut sudah tercatat dalam Al-Quran dan Hadist.
2. Akhlak kepada Ciptaan Allah, Akhlak terhadap ciptaan Allah meliputi segala prilaku, sikap, perbuatan, adab dan sopan santun sesama ciptaan Allah yang terdiri atas ciptaan Allah yang gaib dan ciptaan Allah yang nyata, benda hidup dan benda mati.

Mengingat sangat luasnya cakupan akhlak ini karena menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, maka secara garis besar struktur akhlak mulia terhadap seluruh ciptaan Allah itu dapat digambarkan seperti struktur sederhana berikut ini. Yang pertama yaitu ciptaan Allah yang gaib, meliputi gaib dalam arti positif dan gaib dalam arti negatif. Gaib dalam arti positif di antaranya malaikat, qada dan qadar, kiamat, alam kubur, padang mashar, sorga dan neraka beserta penghuninya, dan lain sebagainya. Sedangkan gaib dalam arti negatif di antaranya iblis, jin, syetan, dan benda serta alam gaib lainnya. Yang kedua yaitu ciptaan Allah yang nyata. Ciptaan Allah yang nyata meliputi sesama manusia (nabi dan rasul, diri sendiri, orang tua, kerabat dekat, kerabat jauh, tetangga dekat dan tetangga jauh, sesama muslim, non muslim), selain manusia (tumbuhan dan hewan), serta benda mati (bumi dan segalanya serta benda angkasa).

Walau struktur yang disampaikan masih sangat jauh dari lengkap dan sempurna, namun diharapkan akan bisa memberikan gambaran cakupan akhlak mulia yang sudah dicontohkan dan diajarkan Rasulullah Muhammad SAW. Seluruh sikap dan perilaku serta adab sopan santun terhadap semua ciptaan Allah sudah termuat dan tercantum dalam Al-Quran dan Hadist. Tinggal bagaimana kita bisa mempelajarinya secara benar dan teliti serta mengamalkannya.

Pembahasan masalah Akhlak  adalah pembahasan yang sangat luas, sama luasnya dengan seluruh asoek kehidupan manusia serta variasi - variasinya. Secara garis besar fungsi dan tujuan pengamalan akhlak mulia bagi umat manusia adalah :
1. Sebagai pengamalan syariat Islam. Sebagai pengamalan Syariat Islam. Islam sebagai agama rahmat bagi seluruh alam semeste telah ,e,berikan tuntunan prilaku dan etika secar sempurna, sehingga dengan niat karena Allah SWT, pengamalan akhlak yang mulia itu insya Allah akan menjadi ibadah bagi umat islam yang mengamalkanya.

2. Sebagai Identitas. Sebagai Identias, Akhlak mulia ini diperuntukkan oleh Allah kepada manusia yang berakal budi karena dengan tuntunan akhlak yang mulia akan bisa membedakan antara manusia denga hewan.

3. Pengatur tatanan Sosial. Akhlak Mulia Sebagai Pengatur Tatanan Sosial berarti dengan pengamalan akhlak mulia yang sudah dicontohkan oleh yang Mulia Saydina Muhammad SAW mengukuhkan bahwa manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah bisa dan lepas dari pengaruh lingkungannya. Dengan akhlak mulia ini tatanan sosial yang terbentuk  semakin memberikan makna dan nilai yang tidak saling merugikan.

4. Rahmat bagi seluruh alam. Akhlak Mulia Sebagai Rahmat Bagi Seluruh Alam berarti akhlak mulia yang diperuntukkan bagi manusia tidak hanya mengatur tatanan hubungan manusia dengan manusia lainnya tetapi juga hubungan antara manusia dengan makhluk – makluk lain selian manusia dan alam sekitarnya.

5. Perlindungan diri dan HAM. Akhlak Mulia Sebagai Perlindungan Diri dan Hak Azazi Manusia ( HAM ) berarti dengan menjalin hubungan yang baik berdasarkan hukum dan syariat agama akan terbentuk hubungan yang saling menghargai dan saling menguntungkan.

Tidak ada manusia di dunia ini yang memiliki kesamaan seratus persen. Baik suara, bentuk tubuh, atau pun sifat dan karakter pasti akan berbeda. Allah SWT telah menciptakan seluruh manusia dalam keberagaman. Hingga anak-anak yang kembar siam pun tetap memiliki perbedaan. Perbedaan yang khas dari milyaran umat manusia di dunia ini seharusnya makin menyadarkan manusia akan Maha Agung dan Maha Besar-nya Sang Maha Pencipta.

Sebagai seorang muslim, kita adalah makhluk sosial. Allah telah mewajibkan kita untuk hidup berinteraksi dengan masyarakat. Saat berinteraksi dengan masyarakat tentu saja kita harus dapat menempatkan diri di tengah-tengah masyarakat dengan baik. Agar tidak terjadi masalah yang akan membuat suasana hubungan yang harmonis menjadi terganggu.
 Semoga Alloh selalu memberi petunjuk dan hidayah kepada untuk selalu mlakukan kebaikan serta ahlak yang mulia yang akan membawa kita ke dalam surganya Alloh swt.amiin ya robbal alamin

Kiranya cukup sekian yang dapat saya sampaikan dalam kesempatan ini,semoga membawa manfaat kapada kita semua.amiin yaa robbal alamin
Wabillahi taufiq walhidayah
Wassalamualaikum wr.wb


Mempunyai Akhlak Yang Mulia

Assalamualaikum wr wb
(Muqoddimah)
Bapak,ibu dan hadirin hadirot rohimakumulloh ,
pertama tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kita kehadirat alloh swt.atas limpahan nikmat dan hidayah yang alloh berikan kepada  kita sehingga kita dapat berkumpul dalam majlis ini yang insaaloh senantiasa  diberkahi dan diridhoi alloh swt.amiin

yang keduannya sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada baginda kita nabi agung muhammad saw. Nabi yang telah membawa umatnya dari jaman jahiliyah menuju jaman islamiyah.semoga kita mendapat syafaatynya kelak di yaaumul qiyamah ,amiin

Sudah berapa kali kita berjumpa Ramadhan? Bagaimana kita memaknai Ramadhan selama ini? Apakah kita biasa melaluinya begitu saja? Ataukah kita menjalaninya dengan biasa-biasa saja? Ataukah kita benar-benar mengistimewakan dan mengoptimalkannya untuk mengubah diri kita menjadi lebih baik lagi?
Jika kita ingin benar-benar mengistimewakan dan mengoptimalkan Ramadhan, tidak bisa tidak kita harus memahami hakikat Ramadhan. Berikut ini beberapa makna dan hakikatnya.

Bulan Ramadhan adalah Bulan Bercermin Diri (Syahrul Muhasabah)
Seberapa bersemangat dan seberapa mampu kita memanfaatkan Ramadhan pada setiap menit dan detiknya, merupakan indikasi ketaqwaan kita kepada Allah. Dari sini kita bisa menilai diri kita, apakah kita termasuk hamba Allah yang dzalimun linafsihi (masih suka menganiaya diri sendiri), atau yang muqtashid (yang pas-pasan saja), ataukah yang sabiqun bil khairat (yang bergegas dalam melaksanakan berbagai kebaikan).
Disamping itu, Ramadhan juga merupakan sarana yang sangat tepat bagi kita untuk bercermin diri. Sebuah hadits muttafaq ‘alaih menyatakan bahwa selama bulan Ramadhan syetan-syetan dibelenggu. Nah, jika syetan-syetan telah dibelenggu tetapi kita masih saja melakukan dosa dan kemaksiatan maka seperti itulah diri kita yang sebenarnya.

Bulan Ramadhan adalah Bulan Limpahan Rahmat (Syahrur Rahmah)
Rasulullah bersabda, “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan atas kamu berpuasa di bulan ini … Barangsiapa tidak mendapat bagian kebaikannya, maka sungguh berarti ia telah dijauhkan dari rahmat Allah.”
Pada bulan Ramadhan, Allah mencurahkan segenap rahmat-Nya melebihi pada bulan-bulan lainnya. Pada bulan ini, Allah melipatgandakan pahala amal kebaikan, memberikan semangat ketaatan kepada hamba-hamba-Nya, dan bahkan memberikan bonus satu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu Lailatul Qadr. Karena itu, rugilah kita jika selama bulan ini kita tidak memanfaatkan limpahan rahmat Allah yang sedemikian besar.
Bulan Ramadhan adalah Bulan Taubat (Syahrut Taubah)
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan berharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” Beliau juga bersabda, “Barangsiapa berdiri (menegakkan shalat malam, shalat tarawih) pada bulan Ramadhan atas dasar iman dan berharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yeng telah lalu akan diampuni.” Beliau bahkan berkata, “Barangsiapa berpuasa lalu tidak berkata-kata buruk dan tidak mengumpat maka ia akan keluar dari dosa-dosanya seperti keadaannya pada hari ia dilahirkan oleh ibunya.” Jadi, apa lagi yang kita tunggu. Mari kita banyak-banyak beribadah dan memohon ampunan kepada Allah, agar Ramadhan ini dapat menjadi penghapus dosa-dosa kita.

Bulan Ramadhan adalah Bulan Puasa (Syahrush Shiyam)
Puasa yang sejati tidaklah cukup hanya dengan meninggalkan makan, minum dan hubungan suami isteri pada siang hari. Lebih dari itu, puasa yang sejati adalah puasa yang bersifat total, yakni mempuasakan seluruh anggota tubuh kita: akal pikiran, hati, mata, telinga, lidah, tangan, kaki, dan anggota-anggota tubuh kita yang lainnya. Semuanya harus kita puasakan dari berbagai bentuk dosa dan kemaksiatan. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan yang keji, maka sekali-kali Allah tidak butuh dengan puasanya yang hanya meninggalkan makan dan minum saja.”

Bulan Ramadhan adalah Bulan Al-Qur’an (Syahrul Qur’an)
Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an. Pada setiap bulan ini, Rasulullah selalu melakukan tadarrus Al-Qur’an bersama malaikat Jibril. Beliau ingin memberikan teladan kepada kita semua agar kita berinteraksi seakrab mungkin dengan Al-Qur’an selama bulan Ramadhan. Interaksi ini meliputi banyak hal: membacanya, memahami maknanya, mengamalkannya, dan mendakwahkannya. Akan lebih baik lagi jika kita juga berusaha untuk menghafalnya sesuai dengan kemampuan yang kita miliki.

Bulan Ramadhan adalah Bulan Infaq dan Sedekah (Syahrul Infaq wash Shadaqah)
Ramadhan bukan hanya kesempatan untuk beribadah secara vertikal saja. Ia juga kesempatan emas untuk beribadah secara horisontal, melakukan berbagai kebaikan kepada sesama. Di bulan ini kita sangat dianjurkan untuk banyak berinfak dan bersedekah. Kita telah merasakan bagaimana rasanya kelaparan dan kehausan. Sudah semestinya kita kemudian mampu berempati kepada mereka yang selama ini biasa kelaparan dan kehausan, dengan cara berinfaq dan bersedekah kepada mereka. Demikianlah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah. Sebuah riwayat menyatakan bahwa kedermawanan beliau di bulan Ramadhan sampai menyerupai angin yang bertiup.

Demikianlah beberapa makna dan hakikat Ramadhan. Jika kita telah memahaminya maka selanjutnya kita harus bergegas untuk mengimplementasikannya dalam hari-hari Ramadhan kita. Harapan kita, keluar dari Ramadhan kita telah menjadi pribadi yang jauh lebih bertaqwa, la’allakum tattaqun.

Kiranya cukup sekian yang dapat saya sampaikan dalam kesempatan ini,semoga membawa manfaat kapada kita semua.amiin yaa robbal alamin
Wabillahi taufiq walhidayah
Wassalamualaikum wr.wb



Keagungan Bulan Suci Ramadhan

Assalamualaikum wr wb
(Muqoddimah)
bapak,ibu dan hadirin hadirot rohimakumulloh ,
pertama tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kita kehadirat alloh swt.atas limpahan nikmat dan hidayah yang alloh berikan kepada  kita sehingga kita dapat berkumpul dalam majlis ini yang insaaloh senantiasa  diberkahi dan diridhoi alloh swt.amiin

yang keduannya sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada baginda kita nabi agung muhammad saw. Nabi yang telah membawa umatnya dari jaman jahiliyah menuju jaman islamiyah.semoga kita mendapat syafaatynya kelak di yaaumul qiyamah ,amiin

Pada hakekatnya, pakaian adalah segala yang “melekat” di badan ini; entah baju, celana, segala aksesoris yang “melekat” lainnya, termasuk perhiasan. Selaras dengan pengertian ini, bahkan Allah membahasakan suami sebagai “pakaian” dari istri; dan istri adalah “pakaian” dari suami (Q.S. Al-Baqarah: 187: hunna libaasul lakum wa antum libaasun lahunna). Mungkin karena suami dan istri pun “melekat” satu sama lain, hingga mereka tak ubahnya seperti pakaian.

Setidaknya ada 3 macam fungsi pakaian yang disebut di dalam Al-Qur’an. Pertama, pakaian sebagai penutup aurat (Q.S. An-Nuur: 58 dan Al-A’raf: 26). Kedua, pakaian sebagai perhiasan (Q.S. Al-A’raf: 26). Dan ketiga, pakaian sebagai pelindung, yakni dari panas dan hujan, juga dari serangan musuh (Q.S. An-Nahl:81).
Tak kurang dari 20 ayat ditemukan di dalam Al-Qur’an yang berbicara tentang pakaian. Entah memakai bahasa “libaasun”, “kiswatun”, “saraabil”, maupun “tsiyab”. Namun, semuanya berbicara tentang pakaian lahiriah. Pakaian dunia. Hanya ada satu yang menyebutkan tentang pakaian ruhani.
Pakaian ruhani adalah sebenar-benar pakaian, yang menunjukkan baik buruknya seseorang. Meski seseorang mengenakan pakaian lahiriah yang mewah dan mahal, tetapi jika pakaian ruhaninya rusak, jelek, terhina, maka dirinya akan terhina pula. Pakaian lahiriahnya tidak bermanfaat apa-apa. Pakaian lahiriahnya tak bisa melindungi kejelekannya. Mungkin ia akan mulia dalam pandangan manusia, tetapi tidak dalam pandangan Allah.

Apakah pakaian ruhani yang dimaksud? Al-Qur’an menyebutnya sebagai pakaian taqwa (libaasut taqwa). Sebagaimana firmannya, “Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (Q.S. Al-A’raf: 26).
Tentang taqwa, imam Ali karramallahu wajhah berkata:
اَلْخَوْفُ مِنَ الْجَلِيْلِ وَ الْعَمَلُ بِالتَنْزْيِلِ وَ اْلإِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ
(Takut kepada Zat Yang Mahaagung; mengamalkan apa yang diturunkan (al-Qur’an); dan menyiapkan diri untuk menyambut datangnya hari yang kekal [akhirat]).
Ramadan adalah hari-hari dimana kita memintal benang-benang pakaian takwa itu. Hari demi hari kita memintalnya, dengan harapan pada akhir Ramadan, hari kemenangan Idul Fitri, pakaian itu telah sempurnalah sudah dan bisa kita kenakan di hari yang berbahagia itu. Bukan untuk dipakai sekali, setelah itu dilepas kembali. Bukan. Tetapi, pakaian takwa itu seharusnya kita pakai seterusnya sampai tiba kembali Ramadan berikutnya, dimana kita akan memeriksa pakaian takwa itu kembali barangkali ada lubang, kotor, sobek dsb yang perlu kita cuci, jahit dan rajut kembali.

Bagaimana kita merajutnya? Barangkali di sinilah relevannya sabda Nabi Saw., “Jika datang bulan Ramadan, maka dibuka pintu-pintu syurga, ditutup pintu-pintu neraka, dan dibelenggu semua syaitan.” (muttafaq ‘alaih).
Semua tidak lain sebagai motivasi buat kita untuk memperbanyak amal kebaikan kita. Mumpung kesempatan itu dibuka lebar-lebar oleh Allah. Allah sedang membuka “Big Sale”. Obral besar-besaran. Tarawih, tadarus, sadaqah, membayar zakat, menolong orang, memberi ta’jil orang berbuka puasa, menghentikan menggunjing orang. Semuanya adalah jalan-jalan kebaikan; jalan-jalan merajut pakaian takwa kita.

Kiranya cukup sekian yang dapat saya sampaikan dalam kesempatan ini,semoga membawa manfaat kapada kita semua.amiin yaa robbal alamin
Wabillahi taufiq walhidayah
Wassalamualaikum wr.wb


Memupuk Pakaian Taqwa Dalam Jiwa

Assalamualaikum wr wb
(Muqoddimah)
bapak,ibu dan hadirin hadirot rohimakumulloh ,
pertama tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kita kehadirat alloh swt.atas limpahan nikmat dan hidayah yang alloh berikan kepada  kita sehingga kita dapat berkumpul dalam majlis ini yang insaaloh senantiasa  diberkahi dan diridhoi alloh swt.amiin
yang keduannya sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada baginda kita nabi agung muhammad saw. Nabi yang telah membawa umatnya dari jaman jahiliyah menuju jaman islamiyah.semoga kita mendapat syafaatynya kelak di yaaumul qiyamah ,amiin
bapak ,ibu dan hadirin sekalian yang di rahmati alloh
alloh swt berfirman dalam alquan alboqoroh 254:

“yaa ayyuhaa alladziina aamanuu anfiquu mimmaa razaqnaakum min qabli an ya/tiya yawmun laabay’un fiihi walaa khullatun walaa syafaa‘atun waalkaafiruuna humu alzhzhaalimuuna”
Artinya:Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa’at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.
Banyak Manfaat dan Keutamaan  bersedekah bagi kita ,Alloh swt. Memerintahkan kepada kita sekalian untuk membelanjakan ataupun menggunakan sebagian rizki yang telah alloh berikan kepada kita di jalan alloh. Karena hakekatnya harta benda yang kita miliki hanyalah titipan dari alloh swt,yang sudah sewajarnya kita berikan di jalan alloh bila mana alloh memintanya kepada kita. Jadi sungguh amat keliru bila kita menyangka bahwa rizki yang kita milki di dapat semata mata dari jerih payah kita sendiri.karena hanya alloh lah yang menentukan besar dan kecilnya rizki yang kita peroleh , adapun kita hanya berkewajiban untuk berusaha dan berdoa.Manfaat dan Keutamaan  bersedekah Amat Mulia Alloh swt akan memberikan pahala yang sangat besar kepada para hambanya yang mau memberikan sebagian hartanya di jalan alloh yakni infak,sedekah, berzakat dan sebagainya dengan melipat gandakan 10 kali lipat ,700 kali lipat ,bahkan lebih dari itu, tentunya  dengan rasa ikhlas dan semata mata mengharapkan ridho dari alloh swt. Sebagaimana firman alloh swt dalam alquran :

Artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allahadalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Al Baqarah 261)Untuk itu marilah kita berlomba lomba dalam kebaikan senang membelanjakan harta kita dijalan alloh swt. Baik itu sedekah , infak ,menyantuni fakir miskin dsb.agar kita semakin dekat dengan Nya dan surganya Alloh. Bukan hanya itu bila kita mendermawankan harta kita maka manusia pun akan dekat dan senang bersaudara dengan kita. Dan sebaliknya apabila kita bakhil, kita pelit dengan harta yang kita miliki maka kita akan di jauhi ,dan benci orang lain serta di benci alloh dan juga mendekatkan kita kepada nerakanya Alloh.na`udzu billahimindzalik...

bapak,ibu dan hadirin hadirot rohimakumulloh
dalam melakukan ibadah kita kepada alloh harus diniatkan dalam hati yang ikhlas dan hanya mengharapkan ridhonya Alloh swt. Bukan karena agar kita dilihat baik oleh orang lain, bukan karena ria ataupun supaya mendapat sanjungan dari orang lain. Karena setiap amal perbuatan kita tergantung pada niat nya.banyak amal yang kelihatannya amal akherat seperti ibadah sholat,ibadah haji dsb. Justru hanya akan sia-sia bila kita salah niat. Sebaliknya banyak amal yang kecil biasa saja serti berdoa sebelum makan,dan diniatkan makan untuk mendapatkan kekuatan untuk bisa beribadah kepada alloh. Ini justru akan menjadi amal akherat di karenakan  benarnya ,lurusnya niat.

Banyak sekali Manfaat dan Keutamaan  bersedekah Amat Mulia Oleh karena itu marilah kita perbanyak kebaikan kepada alloh dan kepada sesama dengan harta yang alloh titipkan kepada kita , dengan di sertai hati yang ikhlas dan hanya megharapkan ridho dari Alloh swt. Semoga alloh senantiasa menuntun kita untuk selalu berbuat baik,dan menjauh kan kita dari segala larangan larangan Nya. Amiin
Kiranya cukup sekian yang dapat saya sampaikan dalam kesempatan ini,semoga membawa manfaat kapada kita semua.amiin yaa robbal alamin
Wabillahi taufiq walhidayah
Wassalamualaikum wr.wb

Manfaat dan Keutamaan Bersedekah