“Tidaklah dua orang muslim berjumpa, lalu keduanya berjabat tangan, kecuali
keduanya diampuni sebelum keduanya bepisah.” (H.R. Abu Daud)
Diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Al Muwatha’ dari abi Idris Al Khaulany rahimahullah bahwa ia berkata: “Aku pernah masuk Masjid Damaskus. Tiba-tiba aku jumpai seorang pemuda yang murah senyum yang dikerumuni banyak orang. Jika Mereka berselisih tentang sesuatu maka mereka mengembalikan kepada pemuda tersebut dan meminta pendapatnya. Aku bertanya tentang dia, lalu dikatakan oleh mereka,’Ini Muadz bin Jabal.’ Keesokan harinya , pagi-pagi sekali aku dating ke masjid itu lagi dan kudapati dia telah berada di sana tengah melakukan shalat. Kutunggu ampai dia selesai melakukan shalat kemudian aku temui dan kuucapkan salam kepadanya. Aku berkata,’Demi Alloh aku mencintaimu. Lalu ia bertanya.’Apakah Alloh tidak lebih kau cintai?’ Aku jawab,’Ya Alloh aku cintai’. Lalu ia memegang ujung selendangku dan menariknya seraya berkata,’Bergembiralah karena sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah saw, berabda,”Alloh berfirman, cinta-Ku pasti akan mereka peroleh bagi orang yang saling memadu cinta karena Aku, saling mengunjungi karena Aku, dan saling memberi karena Aku.”
Makna Ukhuwah IslamiyahDiriwayatkan oleh Imam Malik dalam Al Muwatha’ dari abi Idris Al Khaulany rahimahullah bahwa ia berkata: “Aku pernah masuk Masjid Damaskus. Tiba-tiba aku jumpai seorang pemuda yang murah senyum yang dikerumuni banyak orang. Jika Mereka berselisih tentang sesuatu maka mereka mengembalikan kepada pemuda tersebut dan meminta pendapatnya. Aku bertanya tentang dia, lalu dikatakan oleh mereka,’Ini Muadz bin Jabal.’ Keesokan harinya , pagi-pagi sekali aku dating ke masjid itu lagi dan kudapati dia telah berada di sana tengah melakukan shalat. Kutunggu ampai dia selesai melakukan shalat kemudian aku temui dan kuucapkan salam kepadanya. Aku berkata,’Demi Alloh aku mencintaimu. Lalu ia bertanya.’Apakah Alloh tidak lebih kau cintai?’ Aku jawab,’Ya Alloh aku cintai’. Lalu ia memegang ujung selendangku dan menariknya seraya berkata,’Bergembiralah karena sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah saw, berabda,”Alloh berfirman, cinta-Ku pasti akan mereka peroleh bagi orang yang saling memadu cinta karena Aku, saling mengunjungi karena Aku, dan saling memberi karena Aku.”
Kata ukhuwah
berakar dari kata kerja akha, misalnya dalam kalimat “akha fulanun shalihan”,
(Fulan menjadikan Shalih sebagai saudara). Makna ukhuwah menurut Imam Hasan Al
Banna: Ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan
ikatan aqidah.
Hakekat Ukhuwah Islamiyah:
Hakekat Ukhuwah Islamiyah:
1.Nikmat Allah
(Q.S. 3:103)
2.Perumpamaan tali tasbih (Q.S.43:67)
3.Merupakan arahan Rabbani (Q.S. 8:63)
4.Merupakan
cermin kekuatan iman (Q.S.49:10)
Peringkat-Peringkat
Ukhuwah:
1.
Ta’aruf adalah saling mengenal
sesama manusia. Saling mengenal antara kaum muslimin merupakan wujud nyata
ketaatan kepada perintah Allah SWT (Q.S. Al Hujurat: 13)
2. Tafahum adalah saling memahami. Hendaknya seorang muslim
memperhatikan keadaan saudaranya agar bisa bersegera memberikan pertolongan
sebelum saudaranya meminta, karena pertolongan merupakan salah satu hak saudaranya
yang harus ia tunaikan. Abu Hurairah r.a., dari Nabi Muhammad saw., beliau
bersabda, “Barangsiapa menghilangkan kesusahan seorang muslim, niscaya Allah
akan menghilangkan satu kesusahannya di hari kiamat. Barang siapa menutupi aib
di hari kiamat. Allah selalu menolong seorang hamba selama dia menolong
saudaranya.” (H.R. Muslim)
3. Ta’awun adalah saling bekerja sama dan
membantu tentu saja dalam kebaikan dan meninggalkan kemungkaran
4. Takaful, adalah saling menanggung
kesulitan yang dialami saudaranya
Hal-hal yang menguatkan ukhuwah islamiyah:
1.
Memberitahukan
kecintaan kepada yang kita cintai. Hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik
bahwa Rasulullah bersabda: “ Ada seseorang berada di samping Rasulullah lalu
salah seorang sahabat berlalu di depannya. Orang yang
disamping Rasulullah tadi berkata: ‘Aku mencintai dia, ya Rasullah.’ Lalu Nabi
menjawab: ‘Apakah kamu telah memberitahukan kepadanya?’ Orang tersebut
menjawab: ‘Belum.’ Kemudian Rasulullah bersabda: ‘Beritahukan kepadanya.’ Lalu
orang tersebut memberitahukan kepadanya seraya berkata: ‘ Sesungguhnya aku
mencintaimu karena Allah.’ Kemudian orang yang dicintai itu menjawab: ‘Semoga
Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karena-Nya.”
2.
Memohon didoakan bila berpisah
“Tidak seorang hamba mukmin berdo’a untuk saudaranya dari kejauhan melainkan
malaikat berkata: ‘Dan bagimu juga seperti itu” (H.R. Muslim)
3.
Menunjukkan kegembiraan dan
senyuman bila berjumpa “Janganlah engkau meremehkan kebaikan (apa saja yang
dating dari saudaramu), dan jika kamu berjumpa dengan saudaramu maka berikan
dia senyum kegembiraan.” (H.R. Muslim)
4.
Berjabat tangan bila berjumpa
(kecuali non muhrim) “Tidak ada dua orang mukmin yang berjumpa lalu berjabatan
tangan melainkan keduanya diampuni dosanya sebelum berpisah.” (H.R Abu Daud
dari Barra’)
5.
Sering bersilaturahmi
(mengunjungi saudara)
6.
Memberikan hadiah pada
waktu-waktu tertentu
7.
Memperhatikan saudaranya dan
membantu keperluannya
8.
Memenuhi hak ukhuwah saudaranya
Mengucapkan selamat berkenaan dengan saat-saat keberhasilan
Ukhuwah
Islamiyah bersifat abadi dan universal karena berdasarkan akidah dan syariat
Islam. Ukhuwah Jahiliyah bersifat temporer (terbatas waktu dan tempat), yaitu
ikatan selain ikatan akidah (missal:ikatan keturunan orang tua-anak, perkawinan,
nasionalisme, kesukuan, kebangsaan, dan kepentingan pribadi)
Ukhuwah Islamiyah
Sebagai
manusia apalagi sebagai muslim, kita tentu amat mengharapkan rahmat dari Allah
Swt sehingga kita selalu berdo’a, baik di dalam shalat maupun di luar shalat
untuk bisa memperoleh rahmat Allah. Hal ini karena orang yang mendapat rahmat
Allah tentu saja tergolong kedalam kelompok orang yang beruntung sebagaimana
firman Allah yang artinya: Kemudian kamu berpaling setelah (adanya
perjanjian) itu, maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmt-Nya atasmu,
niscaya kamu tergolong orang-orang yang rugi (QS 2:64). Bahkan di dalam
ayat lain, keuntungan orang yang mendapat rahmat Allah itu akan dijauhkan dari
azab-Nya, Allah berfirman yang artinya: Barangsiapa yang diajuhkan azab
daripadanya pada hari itu, maka sungguh Allah telah memberikan rahmat
kepadanya. Dan itulah keberuntungan yang nyata (QS 6:16).
Pertama,
taat kepada Allah dan Rasul-Nya, baik dalam keadaan susah maupun senang, berat
maupun ringan, waktu sendiri atau bersama orang lain. Tegasnya, kalau mau
memperoleh rahmat Allah kita harus taat kepada Allah dan rasul-Nya dalam
situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga, hal ini terdapat dalam firman Allah
yang artinya: Dan taatilah Allah dan Rasul supaya kamu diberi rahmat
(3:132).
Kedua, harus
tolong menolong dalam kebaikan, melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar,
mendirikan shalat sehingga memberi pengaruh yang besar dalam bentuk menhindari
perbuatan keji dan munkar serta menunaikan zakat agar menjadi suci jiwa kita,
terjembatani hubungan antara yang kaya dengan yang miskin serta kemiskinan bisa
diatasi secara bertahap, hal ini difirmankan Allah yang artinya: Dan
orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka adalah menjadi
penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan yang ma’ruf,
mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat
kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;
sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (9:71)
Ketiga, Iman
yang kokoh sehingga bisa dibuktikan dengan amal shaleh yang sebanyak-banyak
meskipun hambatan, tantangan dan rintangan selalu menghadang, namun dia tetap
Istiqomah dalam keimanannya sehingga dengan keimanannya yang mantap itu,
kesusahan hidup tidak membuatnya harus berputus asa sedang kesenangan hidup
tidak membuatnya menjadi lupa diri, hal ini difirmankan Allah yang
artinya: Adapun orang-orang yang beriman dan berpegang teguh kepada
(agama)-Nya, niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar
dari-Nya (syurga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan
yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya (QS 4:175).
Disamping
itu, iman dan istiqomah harus disertai dengan hijrah, yakni meninggalkan segala
bentuk larangan Allah dan berjihad dalam arti bersungguh-sungguh dalam
perjuangan menegakkan nilai-nilai Islam dalam segala aspeknya, hal ini
difirmankan Allah yang artinya: Orang-orang yang beriman, berhijrah dan
berjihad adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang
yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan
rahmat daripada-Ny, keridhaan dan syurga, mereka memperoleh di dalamnya
kesenangan yang kekal (QS 9:20-21, lihat juga QS 2:218).
Keempat,
mengikuti Al-Qur’an dan selalu bertaqwa kepada Allah serta menunaikan zakat,
hal ini karena Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi manusia apabila ia ingin
memperolah ketaqwaan kepada Allah Swt, karenanya untuk meraih rahmat Allah
manusia harus bertaqwa kepada-Nya, sedang untuk bisa bertaqwa harus mengikuti
petunjuk-petunjuk yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Ini berarti, amat mustahil
bagi manusia untuk bisa bertaqwa kepada Allah apabila Al-Qur’an tidak
diikutinya. Dalam kaitan ini Allah berfirman yang artinya: Dan
Al-Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia
dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat (QS 6:155).Maka Aku akan tetapkan
rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertaqwa, yang menunaikan zakat dan
orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami QS 7:156)
Keempat,
berbuat baik, yakni perbuatan apa saja yang tidak bertentangan dengan
nilai-nilai yang datang dari Allah dan Rasul-Nya serta tidak mengganggu orang
lain, bahkan orang lain bisa merasakan manfaat baiknya, sekecil apapun manfaat
yang bisa dirasakannya. Allah berfirman yang artinya: Dan janganlah kamu
membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo’alah
kepadanya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan
dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik (QS 7:56).
Kelima, mendengarkan bacaan Al-Qur’an apabila sedang dibacakan, hal ini
karena, Al-Qur’an merupakan kalamullah atau perkataan Allah, sebab jangankan
Allah, pembicaraan sesama manusia saja harus kita dengarkan atau kita
perhatikan, apalagi kalau ucapan Allah yang tentu harus lebih kita perhatikan.
Manakala seorang muslim telah mendengarkan Al-Qur’an bila dibacakan, maka Allah
senang pada orang tersebut sehingga Allah mau memberi rahmat kepadanya. Allah
berfirman yang artinya: Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah
baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat (QS
7:204).
Keenam, taubat dari segala dosa yang telah dilakukan, hal ini karena secara
harfiyah, taubat berarti kembali, yakni kembali kepada Allah. Dengan taubat,
manusia berarti mau mendekati Allah lagi dan Allah senang kepada siapa saja
yang mau bertaubat, sebanyak apapun dosa yang sudah dilakukannya, menyadari
terhadap kesalahan yang dilakukan. Menyesali, bertekad untuk tidak
mengulanginya dan membuktikan bahwa dia betul-betul telah meninggalkan segala
perbuatan salahnya dengan menggantinya kepada segala kebaikan., inilah yang
membuat Allah cinta kepadanya sehingga rahmat Allah akan diberikan kepadanya,
hal ini difirmankan Allah yang artinya: Dia (Nabi Shaleh) berkata:
Hai kaumku mengapa kamu minta disegerakan keburukan sebelum (kamu minta)
kebaikan?. Hendaklah kamu minta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat
rahmat (QS 27:46).
Ayat yang menyebutkan kecintaan
Allah kepada orang yang bertaubat adalah yang artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan
mencintai orang-orang yang membersihkan diri” (QS 2:222).
sumber : materi kultum
Meraih Rahmat Allah
Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman dalam kitab-Nya yang mulia:
“Wahai orang-orang yang
beriman, jagalah diri kalian dan keluarga
kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)
Sebuah seruan dari Dzat Yang Maha Agung kepada orang-orang yang beriman,
berisi perintah dan peringatan berikut kabar tentang bahaya besar yang
mengancam. Seruan ini ditujukan kepada insan beriman, karena hanya mereka yang
mau mencurahkan pendengaran kepada ajakan Allah Subhanahu wa Ta’ala,
berpegang dengan perintah-Nya dan mengambil manfaat dari
ucapan-ucapan-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan mereka agar
menyiapkan tameng untuk diri mereka sendiri dan untuk keluarga
mereka guna menangkal bahaya yang ada di hadapan mereka serta kebinasaan di
jalan mereka. Bahaya yang mengerikan itu adalah api neraka yang sangat besar,
tidak sama dengan api yang biasa kita kenal, yang dapat dinyalakan dengan kayu
bakar dan dipadamkan oleh air. Api neraka ini bahan bakarnya adalah tubuh-tubuh
manusia dan batu-batu. Ini berbeda sama sekali dengan api di dunia. Bila orang
terbakar dengan api dunia, ia pun meninggal berpisah dengan kehidupan dan tidak
lagi merasakan sakitnya pembakaran tersebut. Beda halnya bila seseorang dibakar
dengan api neraka, na’udzubillah. Karena
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Setiap kali nyala api Jahannam itu akan
padam, Kami tambah lagi nyalanya bagi mereka.” (Al –Isra’:97)
“Setiap kali kulit mereka hangus, Kami
ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka terus merasakan azab.”
(An-Nisa’: 56)
“Mereka tidak dibinasakan dengan siksa
yang dapat mengantarkan mereka kepada kematian (mereka tidak mati dengan
siksaan di neraka bahkan mereka
terus hidup agar terus merasakan siksa) dan tidak pula diringankan azabnya dari mereka.” (Fathir: 36)
[Al-Khuthab Al-Minbariyyah fil Munasabat Al-‘Ashriyyah,
Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan, dengan subjudul Fit Tahdzir minan Nar wa Asbab
Dukhuliha, 2/164-165]
Orang yang masuk ke dalam api
yang sangat besar ini tidak mungkin dapat lari untuk meloloskan diri, karena
yang menjaganya adalah para malaikat yang kasar, yang
keras, yang tidak mendurhakai Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka serta selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang
kasar, yang keras” (At-Tahrim: 6)
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu
menjelaskan, “Penjaganya adalah para malaikat Zabaniyah yang hati mereka
keras, kaku, tidak mengasihi jika dimohon kepada mereka agar menaruh iba…
Kata شِدَادٌ maksudnya
keras tubuh mereka. Ada yang mengatakan, para malaikat itu kasar ucapannya dan
keras perbuatannya. Ada yang berpendapat, malaikat tersebut sangat kasar dalam
menyiksa penduduk neraka, keras terhadap mereka.
Bila dalam bahasa Arab dinyatakan: “Fulanun Syadiidun ‘alaa fulaanin” maksudnya
Fulan menguasainya dengan kuat, menyiksanya dengan berbagai macam siksaan.
Ada pula yang berpendapat bahwa
yang dimaksud dengan غِلَاظٌ adalah sangat besar tubuh mereka,
sedangkan maksud شِدَادٌ adalah kuat.
Ibnu Abbas radhiyallahu
‘anhuma berkata, “Jarak antara dua pundak salah seorang dari malaikat
tersebut adalah sejauh perjalanan setahun. Kekuatan salah seorang dari mereka adalah bila ia memukul dengan alat pukul
niscaya dengan sekali pukulan tersebut tersungkur 70.000 manusia ke dalam
jurang Jahannam.” (Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, 18/218)
Al-‘Allamah Asy-Syaikh
Abdurrahman ibnu Nashir As-Sa’di rahimahullahu berkata menafsirkan
ayat ke-6 surah At-Tahrim di atas, “Jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari
api neraka, yang disebutkan dengan
sifat-sifat yang mengerikan. Ayat ini menunjukkan perintah menjaga
diri dari api neraka
tersebut dengan ber-iltizam (berpegang teguh) terhadap perintah Allah
Subhanahu wa Ta’ala, menunaikan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan
bertaubat dari perbuatan yang Allah Subhanahu wa
Ta’ala murkai serta perbuatan yang menyebabkan azab-Nya. Sebagaimana ayat
ini mengharuskan seseorang menjagakeluarga dan anak-anak dari api
neraka dengan cara memberikan pendidikan dan
pengajaran kepada mereka, serta memberitahu mereka tentang perintah Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Seorang hamba tidak dapat selamat kecuali bila ia menegakkan
apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan terhadap dirinya dan
orang-orang yang di bawah penguasaannya, baik istri-istrinya, anak-anaknya, dan
selain mereka dari orang-orang yang berada di bawah
kekuasaan dan pengaturannya.
Dalam ayat ini pula Allah Subhanahu
wa Ta’ala menyebutkan neraka dengan sifat-sifat
yang mengerikan agar menjadi peringatan terhadap manusia jangan sampai
meremehkan perkaranya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“…yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu…” (At-Tahrim: 6)
Sebagaimana Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian
sembah selain Allah (patung-patung) adalah bahan bakar/kayu bakar Jahannam,
kalian sungguh akan mendatangi Jahannam tersebut.”1
Penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar dan keras. Yaitu akhlak mereka kasar
dan hardikan mereka keras. Mereka membuat kaget dengan suara mereka dan membuat
ngeri dengan penampilan mereka. Mereka melemahkan penghuni neraka
dengan kekuatan mereka dan menjalankan perintah Allah Subhanahu wa Ta’alaterhadap
penghuni neraka, di mana Allah Subhanahu wa
Ta’ala telah memastikan azab atas penghuni neraka
ini dan mengharuskan azab yang pedih untuk mereka.
Mereka tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkankan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan. Di sini juga ada pujian untuk para
malaikat yang mulia dan terikatnya mereka kepada perintah Allah Subhanahu
wa Ta’ala serta ketaatan mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
dalam seluruh perkara yang diperintahkan-Nya.” (Taisir
Al-Karimir Rahman, hal. 874)
Sumber: materi kultum
Menjaga Diri dan Keluarga dari Api Neraka
Assalamualaikum wr wb
(Muqoddimah)
bapak,ibu dan hadirin hadirot rohimakumulloh
,
pertama tama marilah kita panjatkan puja dan
puji syukur kita kehadirat alloh swt.atas limpahan nikmat dan hidayah yang
alloh berikan kepada kita sehingga kita dapat berkumpul dalam majlis ini
yang insaaloh senantiasa diberkahi dan diridhoi alloh swt.amiin
Keduannya sholawat dan salam semoga
tercurahkan kepada baginda kita nabi agung muhammad saw. Nabi yang telah
membawa umatnya dari jaman jahiliyah menuju jaman islamiyah.semoga kita
mendapat syafaatynya kelak di yaaumul qiyamah ,amiin
Secara garis besar, akhlak mulia itu dapat dikelompokkan kedalam dua
kelompok yaitu:
1. Akhlak kepada Allah, Akhlak mulia kepada Allah berati mengikuti seluruh
perintah yang telah disampikan Allah kepada Rasul yang Maha Mulia Muhammad SAW.
Seluruh perintah tersebut sudah tercatat dalam Al-Quran dan Hadist.
2. Akhlak kepada Ciptaan Allah, Akhlak terhadap ciptaan Allah meliputi
segala prilaku, sikap, perbuatan, adab dan sopan santun sesama ciptaan Allah
yang terdiri atas ciptaan Allah yang gaib dan ciptaan Allah yang nyata, benda
hidup dan benda mati.
Mengingat sangat luasnya cakupan akhlak ini karena menyangkut seluruh aspek
kehidupan manusia, maka secara garis besar struktur akhlak mulia terhadap
seluruh ciptaan Allah itu dapat digambarkan seperti struktur sederhana berikut
ini. Yang pertama yaitu ciptaan Allah yang gaib, meliputi gaib dalam arti
positif dan gaib dalam arti negatif. Gaib dalam arti positif di antaranya
malaikat, qada dan qadar, kiamat, alam kubur, padang mashar, sorga dan neraka
beserta penghuninya, dan lain sebagainya. Sedangkan gaib dalam arti negatif di
antaranya iblis, jin, syetan, dan benda serta alam gaib lainnya. Yang kedua
yaitu ciptaan Allah yang nyata. Ciptaan Allah yang nyata meliputi sesama
manusia (nabi dan rasul, diri sendiri, orang tua, kerabat dekat, kerabat jauh,
tetangga dekat dan tetangga jauh, sesama muslim, non muslim), selain manusia
(tumbuhan dan hewan), serta benda mati (bumi dan segalanya serta benda
angkasa).
Walau struktur yang disampaikan masih sangat jauh dari lengkap dan
sempurna, namun diharapkan akan bisa memberikan gambaran cakupan akhlak mulia
yang sudah dicontohkan dan diajarkan Rasulullah Muhammad SAW. Seluruh sikap dan perilaku serta adab
sopan santun terhadap semua ciptaan Allah sudah termuat dan tercantum dalam
Al-Quran dan Hadist. Tinggal
bagaimana kita bisa mempelajarinya secara benar dan teliti serta mengamalkannya.
Pembahasan masalah Akhlak adalah pembahasan yang sangat luas, sama
luasnya dengan seluruh asoek kehidupan manusia serta variasi - variasinya.
Secara garis besar fungsi dan tujuan pengamalan akhlak mulia bagi umat manusia
adalah :
1. Sebagai pengamalan syariat Islam. Sebagai pengamalan Syariat Islam.
Islam sebagai agama rahmat bagi seluruh alam semeste telah ,e,berikan tuntunan
prilaku dan etika secar sempurna, sehingga dengan niat karena Allah SWT,
pengamalan akhlak yang mulia itu insya Allah akan menjadi ibadah bagi umat
islam yang mengamalkanya.
2. Sebagai Identitas. Sebagai Identias, Akhlak mulia ini diperuntukkan oleh
Allah kepada manusia yang berakal budi karena dengan tuntunan akhlak yang mulia
akan bisa membedakan antara manusia denga hewan.
3. Pengatur tatanan Sosial. Akhlak Mulia Sebagai Pengatur Tatanan Sosial
berarti dengan pengamalan akhlak mulia yang sudah dicontohkan oleh yang Mulia
Saydina Muhammad SAW mengukuhkan bahwa manusia sebagai makhluk sosial tidak
akan pernah bisa dan lepas dari pengaruh lingkungannya. Dengan akhlak mulia ini
tatanan sosial yang terbentuk semakin memberikan makna dan nilai yang
tidak saling merugikan.
4. Rahmat bagi seluruh alam. Akhlak Mulia Sebagai Rahmat Bagi Seluruh Alam
berarti akhlak mulia yang diperuntukkan bagi manusia tidak hanya mengatur
tatanan hubungan manusia dengan manusia lainnya tetapi juga hubungan antara
manusia dengan makhluk – makluk lain selian manusia dan alam sekitarnya.
5. Perlindungan diri dan HAM. Akhlak Mulia Sebagai Perlindungan Diri dan
Hak Azazi Manusia ( HAM ) berarti dengan menjalin hubungan yang baik
berdasarkan hukum dan syariat agama akan terbentuk hubungan yang saling
menghargai dan saling menguntungkan.
Tidak ada manusia di dunia ini yang memiliki kesamaan seratus persen. Baik
suara, bentuk tubuh, atau pun sifat dan karakter pasti akan berbeda. Allah SWT
telah menciptakan seluruh manusia dalam keberagaman. Hingga anak-anak yang
kembar siam pun tetap memiliki perbedaan. Perbedaan yang khas dari milyaran
umat manusia di dunia ini seharusnya makin menyadarkan manusia akan Maha Agung
dan Maha Besar-nya Sang Maha Pencipta.
Sebagai seorang muslim, kita adalah makhluk sosial. Allah telah mewajibkan
kita untuk hidup berinteraksi dengan masyarakat. Saat berinteraksi dengan masyarakat
tentu saja kita harus dapat menempatkan diri di tengah-tengah masyarakat dengan
baik. Agar tidak terjadi masalah yang akan membuat suasana hubungan yang
harmonis menjadi terganggu.
Semoga Alloh selalu memberi petunjuk
dan hidayah kepada untuk selalu mlakukan kebaikan serta ahlak yang mulia yang
akan membawa kita ke dalam surganya Alloh swt.amiin ya robbal alamin
Kiranya cukup sekian yang dapat saya
sampaikan dalam kesempatan ini,semoga membawa manfaat kapada kita semua.amiin
yaa robbal alamin
Wabillahi taufiq walhidayah
Wassalamualaikum wr.wb
Mempunyai Akhlak Yang Mulia
Assalamualaikum wr wb
(Muqoddimah)
Bapak,ibu dan hadirin hadirot rohimakumulloh
,
pertama tama marilah kita panjatkan puja dan
puji syukur kita kehadirat alloh swt.atas limpahan nikmat dan hidayah yang
alloh berikan kepada kita sehingga kita dapat berkumpul dalam majlis ini
yang insaaloh senantiasa diberkahi dan diridhoi alloh swt.amiin
yang keduannya sholawat dan salam semoga tercurahkan
kepada baginda kita nabi agung muhammad saw. Nabi yang telah membawa umatnya
dari jaman jahiliyah menuju jaman islamiyah.semoga kita mendapat syafaatynya
kelak di yaaumul qiyamah ,amiin
Sudah berapa
kali kita berjumpa Ramadhan? Bagaimana kita memaknai Ramadhan selama ini?
Apakah kita biasa melaluinya begitu saja? Ataukah kita menjalaninya dengan
biasa-biasa saja? Ataukah kita benar-benar mengistimewakan dan mengoptimalkannya
untuk mengubah diri kita menjadi lebih baik lagi?
Jika kita ingin
benar-benar mengistimewakan dan mengoptimalkan Ramadhan, tidak bisa tidak kita
harus memahami hakikat Ramadhan. Berikut ini beberapa makna dan hakikatnya.
Bulan
Ramadhan adalah Bulan Bercermin Diri (Syahrul
Muhasabah)
Seberapa
bersemangat dan seberapa mampu kita memanfaatkan Ramadhan pada setiap menit dan
detiknya, merupakan indikasi ketaqwaan kita kepada Allah. Dari sini kita bisa
menilai diri kita, apakah kita termasuk hamba Allah yang dzalimun linafsihi
(masih suka menganiaya diri sendiri), atau yang muqtashid (yang pas-pasan saja),
ataukah yang sabiqun
bil khairat (yang bergegas dalam melaksanakan berbagai kebaikan).
Disamping itu,
Ramadhan juga merupakan sarana yang sangat tepat bagi kita untuk bercermin
diri. Sebuah hadits muttafaq ‘alaih menyatakan bahwa selama bulan Ramadhan
syetan-syetan dibelenggu. Nah, jika syetan-syetan telah dibelenggu tetapi kita
masih saja melakukan dosa dan kemaksiatan maka seperti itulah diri kita yang
sebenarnya.
Bulan
Ramadhan adalah Bulan Limpahan Rahmat (Syahrur
Rahmah)
Rasulullah
bersabda, “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah
telah mewajibkan atas kamu berpuasa di bulan ini … Barangsiapa tidak mendapat
bagian kebaikannya, maka sungguh berarti ia telah dijauhkan dari rahmat Allah.”
Pada bulan
Ramadhan, Allah mencurahkan segenap rahmat-Nya melebihi pada bulan-bulan
lainnya. Pada bulan ini, Allah melipatgandakan pahala amal kebaikan, memberikan
semangat ketaatan kepada hamba-hamba-Nya, dan bahkan memberikan bonus satu
malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu Lailatul Qadr. Karena itu, rugilah kita
jika selama bulan ini kita tidak memanfaatkan limpahan rahmat Allah yang
sedemikian besar.
Bulan
Ramadhan adalah Bulan Taubat (Syahrut
Taubah)
Rasulullah
bersabda, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan berharap pahala
dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” Beliau juga
bersabda, “Barangsiapa berdiri (menegakkan shalat malam, shalat tarawih) pada
bulan Ramadhan atas dasar iman dan berharap pahala dari Allah, maka
dosa-dosanya yeng telah lalu akan diampuni.” Beliau bahkan berkata,
“Barangsiapa berpuasa lalu tidak berkata-kata buruk dan tidak mengumpat maka ia
akan keluar dari dosa-dosanya seperti keadaannya pada hari ia dilahirkan oleh
ibunya.” Jadi, apa lagi yang kita tunggu. Mari kita banyak-banyak beribadah dan
memohon ampunan kepada Allah, agar Ramadhan ini dapat menjadi penghapus
dosa-dosa kita.
Bulan
Ramadhan adalah Bulan Puasa (Syahrush
Shiyam)
Puasa yang
sejati tidaklah cukup hanya dengan meninggalkan makan, minum dan hubungan suami
isteri pada siang hari. Lebih dari itu, puasa yang sejati adalah puasa yang
bersifat total, yakni mempuasakan seluruh anggota tubuh kita: akal pikiran,
hati, mata, telinga, lidah, tangan, kaki, dan anggota-anggota tubuh kita yang
lainnya. Semuanya harus kita puasakan dari berbagai bentuk dosa dan
kemaksiatan. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan
perbuatan yang keji, maka sekali-kali Allah tidak butuh dengan puasanya yang
hanya meninggalkan makan dan minum saja.”
Bulan
Ramadhan adalah Bulan Al-Qur’an (Syahrul
Qur’an)
Bulan Ramadhan
adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an. Pada setiap bulan ini, Rasulullah selalu
melakukan tadarrus Al-Qur’an bersama malaikat Jibril. Beliau ingin memberikan
teladan kepada kita semua agar kita berinteraksi seakrab mungkin dengan
Al-Qur’an selama bulan Ramadhan. Interaksi ini meliputi banyak hal: membacanya,
memahami maknanya, mengamalkannya, dan mendakwahkannya. Akan lebih baik lagi
jika kita juga berusaha untuk menghafalnya sesuai dengan kemampuan yang kita
miliki.
Bulan
Ramadhan adalah Bulan Infaq dan Sedekah (Syahrul
Infaq wash Shadaqah)
Ramadhan bukan
hanya kesempatan untuk beribadah secara vertikal saja. Ia juga kesempatan emas
untuk beribadah secara horisontal, melakukan berbagai kebaikan kepada sesama.
Di bulan ini kita sangat dianjurkan untuk banyak berinfak dan bersedekah. Kita
telah merasakan bagaimana rasanya kelaparan dan kehausan. Sudah semestinya kita
kemudian mampu berempati kepada mereka yang selama ini biasa kelaparan dan
kehausan, dengan cara berinfaq dan bersedekah kepada mereka. Demikianlah yang
telah dicontohkan oleh Rasulullah. Sebuah riwayat menyatakan bahwa kedermawanan
beliau di bulan Ramadhan sampai menyerupai angin yang bertiup.
Demikianlah
beberapa makna dan hakikat Ramadhan. Jika kita telah memahaminya maka
selanjutnya kita harus bergegas untuk mengimplementasikannya dalam hari-hari
Ramadhan kita. Harapan kita, keluar dari Ramadhan kita telah menjadi pribadi
yang jauh lebih bertaqwa, la’allakum tattaqun.
Kiranya cukup sekian yang dapat saya
sampaikan dalam kesempatan ini,semoga membawa manfaat kapada kita semua.amiin
yaa robbal alamin
Wabillahi taufiq walhidayah
Wassalamualaikum wr.wb
Keagungan Bulan Suci Ramadhan
Assalamualaikum wr wb
(Muqoddimah)
bapak,ibu dan hadirin hadirot rohimakumulloh
,
pertama tama marilah kita panjatkan puja dan
puji syukur kita kehadirat alloh swt.atas limpahan nikmat dan hidayah yang
alloh berikan kepada kita sehingga kita dapat berkumpul dalam majlis ini
yang insaaloh senantiasa diberkahi dan diridhoi alloh swt.amiin
yang keduannya sholawat dan salam semoga
tercurahkan kepada baginda kita nabi agung muhammad saw. Nabi yang telah
membawa umatnya dari jaman jahiliyah menuju jaman islamiyah.semoga kita
mendapat syafaatynya kelak di yaaumul qiyamah ,amiin
Pada hakekatnya, pakaian adalah segala yang
“melekat” di badan ini; entah baju, celana, segala aksesoris yang “melekat”
lainnya, termasuk perhiasan. Selaras dengan pengertian ini, bahkan Allah
membahasakan suami sebagai “pakaian” dari istri; dan istri adalah “pakaian”
dari suami (Q.S. Al-Baqarah: 187: hunna libaasul lakum wa antum libaasun
lahunna). Mungkin karena suami
dan istri pun “melekat” satu sama lain, hingga mereka tak ubahnya seperti
pakaian.
Setidaknya
ada 3 macam fungsi pakaian yang disebut di dalam Al-Qur’an. Pertama,
pakaian sebagai penutup aurat (Q.S. An-Nuur: 58 dan Al-A’raf: 26). Kedua,
pakaian sebagai perhiasan (Q.S. Al-A’raf: 26). Dan ketiga, pakaian sebagai
pelindung, yakni dari panas dan hujan, juga dari serangan musuh (Q.S.
An-Nahl:81).
Tak
kurang dari 20 ayat ditemukan di dalam Al-Qur’an yang berbicara tentang
pakaian. Entah memakai bahasa “libaasun”, “kiswatun”, “saraabil”, maupun
“tsiyab”. Namun, semuanya berbicara tentang pakaian lahiriah. Pakaian dunia.
Hanya ada satu yang menyebutkan tentang pakaian ruhani.
Pakaian
ruhani adalah sebenar-benar pakaian, yang menunjukkan baik buruknya seseorang.
Meski seseorang mengenakan pakaian lahiriah yang mewah dan mahal, tetapi jika
pakaian ruhaninya rusak, jelek, terhina, maka dirinya akan terhina pula.
Pakaian lahiriahnya tidak bermanfaat apa-apa. Pakaian lahiriahnya tak bisa
melindungi kejelekannya. Mungkin ia akan mulia dalam pandangan manusia, tetapi tidak
dalam pandangan Allah.
Apakah
pakaian ruhani yang dimaksud? Al-Qur’an menyebutnya sebagai pakaian taqwa (libaasut
taqwa). Sebagaimana firmannya, “Dan pakaian takwa itulah
yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda
kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (Q.S. Al-A’raf: 26).
Tentang taqwa, imam Ali karramallahu wajhah berkata:
اَلْخَوْفُ
مِنَ الْجَلِيْلِ وَ الْعَمَلُ بِالتَنْزْيِلِ وَ اْلإِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ
الرَّحِيْلِ
(Takut
kepada Zat Yang Mahaagung; mengamalkan apa yang diturunkan (al-Qur’an); dan
menyiapkan diri untuk menyambut datangnya hari yang kekal [akhirat]).
Ramadan
adalah hari-hari dimana kita memintal benang-benang pakaian takwa itu. Hari
demi hari kita memintalnya, dengan harapan pada akhir Ramadan, hari kemenangan
Idul Fitri, pakaian itu telah sempurnalah sudah dan bisa kita kenakan di hari
yang berbahagia itu. Bukan untuk dipakai sekali, setelah itu dilepas kembali.
Bukan. Tetapi, pakaian takwa itu seharusnya kita pakai seterusnya sampai tiba
kembali Ramadan berikutnya, dimana kita akan memeriksa pakaian takwa itu
kembali barangkali ada lubang, kotor, sobek dsb yang perlu kita cuci, jahit dan
rajut kembali.
Bagaimana
kita merajutnya? Barangkali di sinilah relevannya sabda Nabi Saw., “Jika datang
bulan Ramadan, maka dibuka pintu-pintu syurga, ditutup pintu-pintu neraka, dan
dibelenggu semua syaitan.” (muttafaq ‘alaih).
Semua
tidak lain sebagai motivasi buat kita untuk memperbanyak amal kebaikan kita.
Mumpung kesempatan itu dibuka lebar-lebar oleh Allah. Allah sedang membuka “Big
Sale”. Obral besar-besaran. Tarawih, tadarus, sadaqah, membayar zakat, menolong
orang, memberi ta’jil orang berbuka puasa, menghentikan menggunjing orang. Semuanya adalah jalan-jalan kebaikan;
jalan-jalan merajut pakaian takwa kita.
Kiranya cukup sekian yang dapat saya
sampaikan dalam kesempatan ini,semoga membawa manfaat kapada kita semua.amiin
yaa robbal alamin
Wabillahi taufiq walhidayah
Wassalamualaikum wr.wb
Memupuk Pakaian Taqwa Dalam Jiwa
Assalamualaikum wr wb
(Muqoddimah)
bapak,ibu dan hadirin
hadirot rohimakumulloh ,
pertama tama marilah
kita panjatkan puja dan puji syukur kita kehadirat alloh swt.atas limpahan
nikmat dan hidayah yang alloh berikan kepada
kita sehingga kita dapat berkumpul dalam majlis ini yang insaaloh
senantiasa diberkahi dan diridhoi alloh
swt.amiin
yang keduannya sholawat
dan salam semoga tercurahkan kepada baginda kita nabi agung muhammad saw. Nabi
yang telah membawa umatnya dari jaman jahiliyah menuju jaman islamiyah.semoga
kita mendapat syafaatynya kelak di yaaumul qiyamah ,amiin
bapak ,ibu dan hadirin
sekalian yang di rahmati alloh
alloh swt berfirman
dalam alquan alboqoroh 254:
“yaa ayyuhaa alladziina aamanuu anfiquu mimmaa razaqnaakum min qabli an ya/tiya yawmun laabay’un fiihi walaa khullatun walaa syafaa‘atun waalkaafiruuna humu alzhzhaalimuuna”
Artinya:Hai orang-orang yang
beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami
berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual
beli dan tidak ada lagi syafa’at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang
zalim.
Banyak Manfaat dan Keutamaan bersedekah bagi kita ,Alloh swt. Memerintahkan kepada kita sekalian untuk
membelanjakan ataupun menggunakan sebagian rizki yang telah alloh berikan
kepada kita di jalan alloh. Karena hakekatnya harta benda yang kita miliki
hanyalah titipan dari alloh swt,yang sudah sewajarnya kita berikan di jalan
alloh bila mana alloh memintanya kepada kita. Jadi sungguh amat keliru bila
kita menyangka bahwa rizki yang kita milki di dapat semata mata dari jerih
payah kita sendiri.karena hanya alloh lah yang menentukan besar dan kecilnya
rizki yang kita peroleh , adapun kita hanya berkewajiban untuk berusaha dan
berdoa. Manfaat dan Keutamaan bersedekah Amat Mulia Alloh swt akan
memberikan pahala yang sangat besar kepada para hambanya yang mau memberikan sebagian
hartanya di jalan alloh yakni infak,sedekah, berzakat dan sebagainya dengan
melipat gandakan 10 kali lipat ,700 kali lipat ,bahkan lebih dari itu,
tentunya dengan rasa ikhlas dan semata
mata mengharapkan ridho dari alloh swt. Sebagaimana firman alloh swt dalam
alquran :
Artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh)
orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allahadalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.
Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha
Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Al Baqarah 261)Untuk
itu marilah kita berlomba lomba dalam kebaikan senang membelanjakan harta kita
dijalan alloh swt. Baik itu sedekah , infak ,menyantuni fakir miskin dsb.agar
kita semakin dekat dengan Nya dan surganya Alloh. Bukan hanya itu bila kita
mendermawankan harta kita maka manusia pun akan dekat dan senang bersaudara
dengan kita. Dan sebaliknya apabila kita bakhil, kita pelit dengan harta yang
kita miliki maka kita akan di jauhi ,dan benci orang lain serta di benci alloh
dan juga mendekatkan kita kepada nerakanya Alloh.na`udzu billahimindzalik...
bapak,ibu dan hadirin
hadirot rohimakumulloh
dalam melakukan ibadah
kita kepada alloh harus diniatkan dalam hati yang ikhlas dan hanya mengharapkan
ridhonya Alloh swt. Bukan karena agar kita dilihat baik oleh orang lain, bukan
karena ria ataupun supaya mendapat sanjungan dari orang lain. Karena setiap
amal perbuatan kita tergantung pada niat nya.banyak amal yang kelihatannya amal
akherat seperti ibadah sholat,ibadah haji dsb. Justru hanya akan sia-sia bila
kita salah niat. Sebaliknya banyak amal yang kecil biasa saja serti berdoa
sebelum makan,dan diniatkan makan untuk mendapatkan kekuatan untuk bisa
beribadah kepada alloh. Ini justru akan menjadi amal akherat di karenakan benarnya ,lurusnya niat.
Banyak sekali Manfaat dan Keutamaan bersedekah Amat Mulia Oleh karena itu marilah
kita perbanyak kebaikan kepada alloh dan kepada sesama dengan harta yang alloh
titipkan kepada kita , dengan di sertai hati yang ikhlas dan hanya megharapkan
ridho dari Alloh swt. Semoga alloh senantiasa menuntun kita untuk selalu
berbuat baik,dan menjauh kan kita dari segala larangan larangan Nya. Amiin
Kiranya cukup sekian
yang dapat saya sampaikan dalam kesempatan ini,semoga membawa manfaat kapada
kita semua.amiin yaa robbal alamin
Wabillahi taufiq
walhidayah
Wassalamualaikum wr.wb
Manfaat dan Keutamaan Bersedekah
Subscribe to:
Comments
(
Atom
)







